Jumat, 28 Januari 2011

If It’s to be, It’s up to……?


Saya senang memancing. Bukan mancing ikan, tapi memancing reaksi. Contohnya dengan judul di atas itulah. Bagi yang tidak terbiasa dengan refleksi diri, tentu menjadi pertanyaan yang sangat provokatif. Bahkan dianalisa dengan berbagai makna. Padahal kalau diterjemahkan, maksudnya sudah sangat jelas : Bila terjadi sesuatu, maka sesuatunya itu tergantung pada….(tebak,..  siapa?)

Kebiasaan mengarahkan telunjuk pada sesuatu di luar sana sebagai penyebab segala sesuatunya bukan hal yang baru. Paling tidak sudah ada sejak jaman Siti Nurbaya. Makanya ada peribahasa “Lempar batu, sembunyi tangan”. Tulisan ini muncul karena setiap kali ada pasien ditanya: "Kok, bisa, waktu gadis beratnya hanya 45 kilo tapi sekarang 65 kilo? Dari mana datangnya tambahan 20 kilo itu?" Sambil cengengesan biasanya dijawab: "Kan, anak udah dua, Dok… " (dan saya pun membathin: duh, kasihan sekali anaknya jadi sasaran!). Variasi jawaban lain: "Wah, ini gara-gara KB…" (karena itu iklan alat KB ada yang gegap gempita berkata: ”tanpa bikin gemuk!”). Ada lagi jawaban yang bikin gemes: dengan cueknya sambil memandang ke langit-langit : "Tauuukkk…..!"

Dalam semua episode kehidupan, ada satu-satunya hukum dagang yang benar-benar “terpakai”: You get what you pay. Dengan menunjuk pada sesuatu di luar sana sebagai penyebab dari apa pun yang terjadi dalam hidup saya, saya memperoleh cukup banyak “keuntungan”: saya tidak dipersalahkan, saya sama sekali tidak perlu bertanggung jawab dengan semuanya, bahkan dengan apa yang terjadi pada diri saya sendiri. Sama halnya dengan cara-cara klasik seseorang memeriksakan diri ke dokter. Hlo, dokter, kan, paling tahu tentang penyakit saya? Jadi bila dia melakukan malpraktek, saya tinggal menuntutnya. Beres. Persis pula dengan yang terjadi di dunia usaha dan kerja kantoran. Hlo, yang tanda tangan, kan, direkturnya? Salahkan saja dia. Nampaknya begitu mudah menuding seseorang (atau kalau orangnya tidak ada dan tidak jelas, tudinglah sesuatu yang lebih maya: salah negara, salah keadaan, salah zaman..) – lebih parah lagi, mengatasnamakan Sang Ilahi – dan mengambil wewenangNya untuk mengatakan : “Sudah kehendak Yang Kuasa..”

Namun jangan lupa. Setiap keuntungan, pasti ada sisi ruginya. There is always pain in everything you gain. Kebiasaan menjulurkan telunjuk ke pihak lain menyebabkan saya tidak lagi mampu melihat diri sebagai sosok yang bermakna. Karena segala sesuatu terjadi, pasti “gara-gara yang di luar situ…”. Saya begini, karena dia begitu. Saya seperti ini, akibat dia tidak seperti harapan saya, akibat dia tidak menepati janjinya. Dengan kata lain, hidup-mati susah-senangnya saya tergantung dari…. (yang pasti, bukan saya sendiri yang menentukan). Very pathetic. Implikasinya? Saya baru bisa senang kalau suami setia. Nasib baik berpihak pada saya. Ketemu suami setia. Hlooo,… anak-anak, kok, kurang pinter? Duh. Saya baru bisa bahagia kalau suami setia dan anak pinter-pinter. Celaka,… suami setia, anak pinter, mertua mata duitan… Tobat. Lalu, kapan saya sungguh bisa seneng?!




Banyak tokoh powerful’ yang dikenal dunia sebenarnya bukan sebagai orang pertama yang mengetengahkan penemuan atau gagasannya. Mereka menjadi powerful karena memegang kendali atas hidupnya sendiri. Meletakkan tanggung jawab dan mengklaim kepemilikan peran pada dirinya sendiri. Bahwa dirinya sanggup membuat pilihan, and make a stand. Berpendirian kokoh dengan visinya dan menjalankan apa yang diniatkannya. Kepuasan, kebahagiaan dan nilai permanen atas hasil yang telah dicapai dan perubahan yang diinginkan didapat bukan karena bersandar pada orang lain, bukan karena menjadi oportunis di tengah kemelut keadaan. Seorang pasien yang sangat fenomenal dan mencapai penyembuhan optimalnya bukan karena berhasil menemukan obat mujarab di tangan tabib ajaib. Seorang penyembuh hebat adalah ia yang pernah sakit berat lalu menjadi sembuh karena ia paham mengapa menjadi sakit, melalui proses sakitnya sebagai “a lesson to learn”, ia tidak melarikan diri atau berserah diri pada teknologi dan hasil analisa manusia lain. Namun ia memahami sungguh peran apa yang ia jalankan sejak sebelum sakit, mengambil pilihan dalam penyembuhannya sebagai tokoh otonom, bertanggung jawab dengan semua hasil yang dicapainya dan merayakan serta mensyukuri setiap jengkal kemajuan dirinya menuju kesembuhan.

Kebiasaan untuk selalu terlibat, mau ambil peran, memilih dengan bertanggung jawab dan menghargai semua outcome sebagai “apa yang saya hasilkan” merupakan contoh berharga bagi anak. Mana mungkin mengajak si kecil makan sayur bila orang tuanya diam-diam ngopi-ngopi bertemankan donat, sekalipun fitness tiga kali seminggu? Saya hanya bisa diandalkan, apabila ada kesejajaran dan kecocokan antara apa yang saya katakan dan hasil yang saya ciptakan, melalui pilihan-pilihan perbuatan saya. Itu saja. Insya Allah, bila Anda mempertanyakan nilai ulangan anjlok kepada si jagoan kecil, dia tidak memandang ke langit-langit lalu menjawab sekenanya, ”Tauukk…. Payah gurunya. Pilih kasih. Soalnya susah-susah, nggak sama kayak waktu latihan….”  If it’s to be, it’s up to…ME (pastinya!).



Dr. Tan Shot Yen, kinesiolog, sekaligus praktisi Braingym dan Quantum Touch, energy healing. Ia juga dikenal sebagai basic & advanced clinical hypnotherapist di Internasional Center for Hypnosis Education & Research. Selain sibuk menjadi pembicara dan narasumber di berbagai seminar, talkshows dan media, dia juga dipercaya menjadi co-teacher di kursus-kursus medical hypnotherapy. Wanita yang sedang sudah menyelesaikan studi di Program Magister Filsafat Manusia, STF Driyarkara ini juga aktif sebagai konsultan di Health Service Program – USAID.


taken from:
http://preventionindonesia.com/article.php?name=/if-its-to-be-its-up-to&channel=dr_tan




The Happiness Within...


Sepasang suami istri di pertengahan umur 60-an datang ke saya beberapa kali dengan berbagai keluhan. Si Istri, yang lebih khawatir dengan "hipertensi"-nya, menjadi begitu "nerotik" karena takut menjadi stroke.

Saya, yang biasanya mengawali dengan sejumlah pertanyaan, sekali ini dibabat habis oleh sang nyonya yang tak henti-hentinya bercerita tentang tentang kebosanannya gonta-ganti dokter. Dan, dia semakin ngeri dengan obat-obatan yang diresepkan, namun tak mampu membendung tekanan darahnya yang kian merayap naik. Penglihatannya belakangan ini menjadi kabur serta buram.

Khusus untuk nyonya satu ini, saya biarkan dia nyerocos pada tiap awal pertemuan. Hingga suatu pagi suaminya tak tahan lagi lalu menyela, "Dok, gimana enggak hipertensi. Lha, dia bawaannya selalu nyolot, mudah tersinggung, dan,..." Sang nyonya memotong tak kalah sewotnya, "Aduh, dok, suami saya memang sudah enggak punya perasaan lagi. Saya sulit menjelaskan apa-apa sama dia, dia juga kerjaanya belain orang lain, bukan istri sendiri,...". Dan, ia pun mulai mewek,...

Dengan helaan napas panjang, suaminya berkata pelan, "Sejak anak kami meninggal setahun yang lalu, dia memang jadi begini, dok,...". Si istri melolong lebih keras lagi. Saya biarkan dia menghabiskan seperempat boks tisu. Maskaranya hancur berantakan, tentu saja.

Setelah ia agak mereda, saya bertanya, "Mengapa ibu menangis?". Ini pertanyaan tolol bagi banyak orang, memang. Tapi saya sengaja melakukannya. Ia menjawab di sela-sela isakannya. "Saya kasihan sama anak saya, dok,...Kok, masih muda sudah,...". Bisa ditebak: Ia melolong lagi. Kali ini, saya menempuk-nepuk punggung lenggannya, agar dia menjadi lebih tenang sedikit.

Pertanyaan kedua saya langsung membuatnya berhenti mewek, "Saya memahami perasaan ibu. Tapi, apakah ibu yakin bahwa yang ibu tangisi adalah dia, bukannya ibu sedang menangisi diri sendiri?"

Sang suami, yang takut istrinya panik dengan pertanyaan saya, langsung menyela, "Maksud dokter?"

Saya sedikti menelan ludah dan menarik napas panjang sebelum meneruskan. "Begini,...saya mengerti bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang dicintai. Tapi, setelah satu tahun, dengan semua perjuangan emosi yang dilalui, apakah ibu masih menyesali kematian itu? Apakah buat ibu lebih baik dia tetap ada, sekalipun kondisinya sangat kacau, sekalipun dia barangkali cacat berat? Apakah ibu menyesali bahwa dia pergi meninggalkan ibu - sekalipun ia sekarang berada di tempat yang lebih baik?"

Mereka berdua tampak berpikir serius dan ketika bola mata sang nyonya bergulir menatap saya, tak saya sia-siakan momen itu - pertanyaan berikutnya barangkali sangat menampar, tapi itu adalah smash bagus pada game point, "Apakah ibu sedang menangisi diri sendiri, menghukum diri sendiri bahkan orang lain dan menjadi marah karena ia pergi meninggalkan ibu?"

Hari itu saya memberikan sang nyonya dan suaminya pe-er besar yang mereka belum pernah lakukan sebelumnya. Pe-er untuk melihat diri sendiri.

Seminggu kemudian, tanpa disangka mereka kembali ke tempat saya. Saya agak kaget karena sang nyonya tampil dengan potongan rambut yang berbebda, dandanan yang sangat minimalis, hanya sapuan lembut lisptik dan tanpa maskara (hmm, barangkali dia siap menangis lagi!).

Namun yang lebih mengangetkan adalah ketika ia tiba-tiba memeluk saya dan mengatakan, "Alhamdulilah," dok, sudah 4 hari ini....Aduh, tensi saya cakep banget...Padahal, tidak minum obat sama sekali,...dan,..." (Wah, mulai lagi - saya pikir - karena dia membetot tisu sekaligus 3 lembar)..."...dan mata saya, kok, mendadak terang....Duh, senangnya,..."

Ada sesuatu yang merayap lembut dalam dada saya. Perasaan hangat, indah, "invigorating" - yang membuat mata saya ikut berkaca-kaca. Suaminya tersenyum haru (yang naga-naganya mau memeluk saya juga, tapi mikir seribu kali) dan ia berkata, "Pe-er dokter awalnya sulit sekali. Kami berantem, dok, pada hari pertama...Dia tetep nuduh saya tidak punya perasaan seperti dia sebagai ibu,..."

Sang nyonya seperti biasa memotong (tapi kali ini lebih sumringah), "Enggak berantem-berantem amat, sih,...Tapi memang ternyata saya egois...saya cuman mikirin diri sendiri dan tega-teganya anak saya ninggalin saya...Ternyata, saya yang lebih kejam, ya, dok...Saya, kok, pake dia buat melayani kehausan cinta kasih saya,...Aduhhh, makanya Tuhan ambil dia. Tuhan ternyata tau banget bagaimana mendewasakan saya. Dia jutstru pilih yang paling dekat,... Tapi, ah, dok, saya sekarang malah hembira, karena anak saya dilepaskan dari siksaannya. Saya yakin dia juga melihat mamanya enggak sedih melulu, 'kan, ya..."

Saya hanya bisa tersenyum menatap keduanya. Memang betul, "penyakit" bisa jadi cetusannya dalam bentuk gangguan fungsional secara fisik. Namun, di balik itu, bila manusia tetap diperlakukan sebagai mahluk yang holistik, maka "penglihatannya pun dicerahkan." Ada sebuah buku bagus yang melihat sisi metafisik penyakit, yang ditulis oleh Louis Hay, seorang praktisi medis yang melakukan banyak sekali penelitian tentang interkoneksi kejiwaan seseorang dan penyakit yang diembannya. Penglihatan buram bagi "dokter biasa" dapat dihakimi sebagai pilihan beberapa jenis kelainan pada mata baik secara fungsional maupun anatomis.

Namun, aspek lain dari buramnya penglihatan dapat merupakan refleksi spritual yang "menolak melihat dunia apa adanya", "quit to see", "I would rather close my sight to be in my comfort zone...its is too risking to face the reality..."

Begitu pula bila Anda tidak mampu berbahagia. karena Anda sendirilah yang menolak "to see the happiness within myself". Happy New Year!







DR. Tan Shot Yen, adalah seorang medical doctor, praktisi energy healing, certified medical hypnotherapist, dan penulis buku Saya Pilih Sehat dan Sembuh, Dari Mekanisasi Sampai Medikalisasi, dan Resep Panjang Umur, Sehat, dan Sembuh.  



taken from:



I LOVE YOU BECAUSE...



taken from : Test Pack, a novel by Ninit Yunita


Banyak hubungan yang patah hilang dan berganti karena tidak memiliki komitmen. 

'I love her because of the way she treats me'. 
'I love him because of the way he makes me feel'. 
'I love her because she's so beautiful'. 
'I love him because he falls on my feet with roses and jewels'. 

Orang sering mendasari cinta atas hal-hal yang dianggap indah. 

It may sound romantic dan melakukan hal tersebut bukan sesuatu yang salah. However, sometimes things get too romantic that we often hear people say it in a cinema, with us eating popcorn and shush-ing rude people. 

Jarang dari mereka (dan mungkin kita sendiri) berpikir:
'I love her because of the way she treats me'. 
--> What happens if she stops treating you the way you love?

'I love him because of the way he makes me feel'. 
--> Then what happens if he stops making you feel that way?

'I love her because she's so beautiful'. 
--> Three weeks later, a bus hit her. 

'I love him because he falls on my feet with roses and jewels'. 
--> Out of the blue, he's broke that he couldn't buy you roses and jewels anymore. 

Jarang ada yang mengatakan:
'Saya sayang dia karena saya ingin sayang dia'. 

Itulah komitmen. Komitmen adalah sumber kekuatan bukan sesuatu yang justru membuat orang takut untuk menghadapinya. 

Komitmen adalah sumber kekuatan bagi seorang istri untuk pergi jauh melihat baik dan buruknya suami. Menerima dia ketika sedang tampan dan menerima juga mana kala dia sedang menguap dengan jeleknya saat bangun pagi. 

Komitmen adalah sumber kekuatan bagi seorang suami ketika mengetahui seorang wanita lain mengajaknya berselingkuh dan ia memilih pulang ke rumah untuk makan malam dengan istri dan berbagi kisah sambil tertawa. 

Sebuah makhluk bernama komitmen-lah yang membuat seorang bapak tidak malu kepada rekan kerjanya dan berkata, 'Kenalkan ini anak saya, dia sedang melakukan proses rehabilitasi... and I'm proud of him.'

Gua yakin sang anak akan menitikkan air mata karena betapa banyak orang tua yang marah, malu, dan mengekspresikan kemarahan dan rasa malu itu dengan menampar sang anak. Padahal jika dirunut ke awal, banyak anak menjadi pemadat justru karena kurangnya peran orang tua dari awal. 

Apa yang kurang dari awal?
Komitmen memberi perhatian. 
Komitmen menjadi orang tua. 

That's how far a commitment will take you. 

Dan komitmen juga yang membawa gua untuk tetap berada di sisi Kakang. Tetap menjadi istrinya dengan menyadari bahwa pernikahan bukan hanya untuk memiliki anak. Pasangan lain mungkin dikaruniai sesuatu yang sempurna dengan memiliki anak. But in fact, tanpa memiliki anak tidak menghalangi gua untuk bahagia bersama Kakang. 

Bahkan I love him more and more karena ketabahan dia dalam menjalani hidup. I know he wants children too. I know it's tough for him. It's tough for me too. But facing it together with the one I love, I know it won't be really that tough. 

Commitment will give me the strength to make me love Kakang... unconditionally. It's tough but hey... he will love me back the same way. 

'I love you... because I want to.' That's a powerful sentence, right there. 

Tidak pernah terpikir sama sekali bila Kakang tidak bisa memberi gua keturunan ketika menikah dengannya. 

Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dahulu, atau mendadak miskin. 

Will you still love them, then?

That's why you need commitment. 

Don't love someone because of what/how/who they are. 

From now on, 
start loving someone, 

because you want to.  





 

Rabu, 26 Januari 2011

Top Tips To Get You Looking and Feeling Great!



Shape

Want to fit into that Christmas party dress you love so much! Here are 5 top tips to help you achieve those body shape goals!

1. Intensity over Duration! Just because you’ve been in the gym for 2 hours doesn’t mean you’ve had a good workout!  Interval training will help burn off those extra calories in a shorter space of time

2. Weight training is the key to improving your shape. The more muscle you have the more calories you will burn. Just adapt the reps and rest period to suit your goal!

3. Try and use your body as a whole. Total body weight exercises will help tone up those troublesome areas and really get that heart rate up fast!

4. Incorporating a good stretch program into your workout will ensure a balanced body and will relieve those aches and pains from your high intensity workout

5. Eat to lose weight! Eating little but often will keep that metabolism to a high level. Mix this in with keeping your hydration levels to an optimum and watch those pounds fly off.


2010 New You Achievement Award winner - SHAPE
Nosheen Ahmed

Nosheen has battled through severe obesity, eating disorders, bullying, abuse, chronic depression and illnesses which could have killed her. With the help of Fitness First and a personal trainer, Nosheen has lost an incredible 14 stone in one year, going from 27 stone to 13 stone. Not only has Nosheen changed her life, she now works to help others around the country to achieve their dreams. Nosheen said “I have learnt the hard way that if you put your mind to something, then your body will follow and you can achieve anything!”



Sport


Are you training to get fit for a sport? Maybe you’re working towards a personal challenge, for example, completing a 10k charity run or maybe even a marathon!  Use our top tips to ensure you are on track to succeed.

1. Technique – Concentrate on using the correct technique and form when exercising (ask a member of the fitness team for help!)

2. Aerobic capacity – When training look at the type of aerobic exercise you are doing, is it intensity training or is it steady state cardio.  Is this in line with your goal?

3. Strength endurance – Most sports require the participants to exercise longer than 10 -15 seconds therefore the aerobic systems in the body need to be trained in accordance with this.  Strength endurance will help you be better for longer.

4. Flexibility – This is the main issue overlooked by sports people.  This is huge with regards to injury prevention and will help you perform better and longer.

5. Proper nutrition – Concentrate on eating properly.  Nutrition makes up a third of your success.


2010 New You Achievement Award winner - SPORT
Max Exton

Max, from Godalming, was involved in a horrific motorcycling accident in July 2008 which nearly cost him his life. A scan revealed a bleed deep in his brain, which was inoperable. Max was attached to a life support machine and his family warned to expect the worst. Miraculously Max was breathing for himself within 24 hrs but was paralysed down the right side of his body and Doctors told him he would never walk again. However with intense physiotherapy and sheer determination, Max was walking within one month of the accident.  Max then decided to join Fitness First to aid with his rehabilitation. With Max’s commendable level of commitment to his training, he is close to achieving his goal of getting back on his bike.



Health


1. Drink a lot of water or a sports drink before exercising. Even in the cold, you will still lose water by sweating, so you will need to drink a lot in order to stay hydrated.

2. Push yourself, but know your limits. If you haven't exercised in a while it may feel impossible but keep going; however, don't overdo it.  Be careful about overtraining: it can be more damaging than too little exercise. Pushing your body too hard can cause debilitating muscle damage.

3. Set realistic goals for yourself and don't get discouraged if you feel that you cannot perform as well as you'd like to.  If you are constantly working out, you will gradually see and feel changes over time, but it won't happen overnight.

4. Eat practical portions and make good nutritional choices.  Overeating can work against all that progress you've made!  This doesn't mean starve yourself; it just means take time while eating to let yourself know when you're actually full.

5. Check with your doctor before you start any exercise program. Winter exercise is safe for nearly everyone, but it's always a good idea to make sure you don't have an undiagnosed medical condition or health issue, just to be safe.

2010 New You Achievement Award winner - HEALTH
Andrew Pigott


Andrew, from Sheffield, in the last six years has faced and beaten cancer and has had to manage epilepsy and atrial fibrillation. Then in July 2009 Andrew had a routine operation to repair a prolapsed disk. An MRI scan showed that Andrew had suffered massive damage to the nerves running from the bottom of his spinal chord. This left him paralysed from the waist down and he told the devastating news that he would be wheelchair bound for life. With help from Fitness First and his physiotherapy team, Andrew’s progression has been phenomenal and he has recently entered into the Edinburgh marathon. Andrew had been a keen runner and cyclist before the operation, so this is great news.


Strength

Have you hit a wall in your strength training or maybe you just don’t know where to start.  Here are 5 top tips to help break that wall down!

1. Make a note of your progress so that you know exactly when your weight loss, muscle enhancement or waist size reduction starts to plateau. This is important because unless you note it or chart it, it's easy to imagine things are better or worse than they are.

2. Use a decent set of scales with the ability to measure body fat.  Scales made by Omron and Tanita within the club are good quality and include this function.  Often, your total weight will not change but your muscle will increase and your fat mass will decrease.

3. Load up those muscles. To put on muscle and lose fat you need to overload the muscles sufficiently to promote muscle growth.  This means exercising all muscle groups at least twice each week.  If you require help in creating a routine speak to a Personal Trainer today.

4. If you find yourself at a plateau after several months of a program, try to squeeze in another session if you feel you can take the extra training or adjust the weight load upward to account for strength gains.

5. Rest and recover. Every 4 to 6 weeks take an easy week where you do about half your normal training, or full training at half the intensity. This provides a 'window' in which the body can replenish itself and build even stronger. The principle of weight training and muscle building is progressive overload, muscle damage, repair and new growth. Give this process a chance to occur..


2010 New You Achievement Award winner - STRENGTH
David Downes

David, from Basildon, was heavily overweight at 21 stone, but the loss of his father to diabetes was the wake up call he needed. His goal was to climb to the summit of Kilimanjaro, in order to raise money for Diabetes UK, in memory of his father. With the help of Fitness First and his determination to reach the summit, he lost a total of 8 stone. David quotes “Getting to the summit of Kilimanjaro was the hardest thing I have ever done, it was not only tough but required physical strength as well as a determined mind. The biggest achievement is raising over £9000 for Diabetes UK and increasing the awareness of the disease.

Taken from:
http://www.fitnessfirst.co.uk/Succeed-With-Fitness-First-Gym/top-fitness-tips.aspx

Burned Biscuit

When I was a kid, my mom liked to make breakfast food for dinner every now and then. And i remember one night in particular when she had made breakfast after a long hard day at work. On that evening so long ago, my mom placed a plate of eggs, sausage and extremely burned biscuits in front of my dad.


I remember waiting to see if anyone noticed! Yet all my dad did was reach for his biscuit, smile at my mom and ask me how my day was at school... I don't remember what I told him that night, but I do remember watching him smear butter and jelly on that biscuit and eat every bite!


When I got up from the table that evening, I remember hearing my mom apologize to my dad for burning the biscuits. And I'll never forget what he said. "Honey, I love burned biscuits." Later that night, I went to kiss daddy goodnite and I asked him if he really liked his biscuits burned. He wrapped me in his arms and said, "Your momma put in a hard day at work today and she's real tired. And besides - a burned biscuit never hurt anyone!"




Life is full of imperfect things... And imperfect people. I'm not the best at hardly anything, and I forget birthdays and anniversaries just like everyone else. But what I've learned over the years is that learning to accept each other's faults - and choosing to celebrate each other's differences - is one of the most important keys to creating a healthy, growing, and lasting relationship. And that's my prayer for you today.


That you will learn to take the good, the bad, and the ugly parts of your life and lay them at the feet of God. Because in the end, God is the only One who will able to give you a relationship where a burned biscuit isn't a deal-breaker!


We could extend this to any relationship. In fact, understanding is the base of any relationship, be it a husband-wife, parent-child, friendship or even at work! "Don't put the key to your happiness in someone else's pocket - keep it in your own."

Sabtu, 22 Januari 2011

Renungan Indah - W.S. Rendra


 
*dapat dari kiriman BBM teman, Renungan Indah - W.S. Rendra, yang dibuat di Rumah Sakit sebelum Beliau meninggal*

Seringkali aku berkata, 
Ketika semua orang memuji milikku 

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan. 
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya 
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya 
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya 
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya 

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya? 
Mengapa Dia menitipkan ini padaku?? 
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?? 
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu? Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?? 

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya? 
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah? 
Kusebut itu sebagai ujian? 
Kusebut itu sebagai petaka? 
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita... 

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku... 
Aku ingin lebih banyak harta. 
Ingin lebih banyak mobil. 
Lebih banyak popularitas. 
Kutolak sakit. 
Kutolak kemiskinan. 
Seolah-olah semua "derita" adalah hukuman bagiku. 
Seolah-olah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika. 

Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku. 
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih. 
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku" Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai harapanku. 

Gusti... Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah? 

"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja." 


(Puisi terakhir Rendra yang dituliskannya di atas ranjang RS)


Everyone has its own problem...


Sahabat, 

Saat aku loncat dari gedung, 

Kulihat pasangan yang kutahu saling mencintai di lantai 10 sedang bertengkar dan saling memukul. 

Kulihat Peter yang biasanya kuat dan tabah sedang menangis di lt. 9. 

Di lt. 8, Ah Mei memergoki tunangannya sedang bercinta dengan sahabatnya. 

Di lt. 7 Dani sedang minum obat anti depresi. 

Di lt. 6 Heng yang pengangguran terus membeli 7 koran untuk mencari lowongan kerja tiap hari. 

Di lt. 5 Mr. Wong yang sangat dihormati publik sedang mencoba baju dalam istrinya. 

Di lt. 4 Rose sedang bertengkar hebat dengan pacarnya. 

Di lt. 3 Pak Tua Ed sedang mengharapkan anak cucunya datang mengunjunginya. 

Di lt. 2 Lily sedang memandangi foto suaminya yang sudah meninggal 6 bulan lalu. 

Sebelum aku melompat dari gedung, kupikir aku orang yang paling malang. 

Sekarang aku sadar bahwa setiap orang punya masalah dan kekhawatirannya sendiri. 
Setelah kulihat semua itu, aku tersadar bahwa ternyata keadaanku sebenarnya tidak terlalu buruk. 

Semua orang yang kulihat tadi sekarang sedang melihat aku. 

Kurasa setelah mereka melihatku sekarang, mungkin mereka merasa bahwa situasi mereka sama sekali tidak buruk. 

'Be grateful for whoever you are... coz if u compare it to others, you'll be surprised of their secret life."



I B U N D A


Seorang anak bertanya kepada ALLAH, "Ya ALLAH, kenapa bundaku suka menangis?"

ALLAH menjawab, 
"Karena bundamu seorang wanita, AKU ciptakan ia sebagai makhluk yang sangat istimewa. 
AKU kuatkan bahunya untuk menjaga anak-anaknya. 
AKU lembutkan hatinya untuk memberi rasa aman. 
AKU kuatkan rahimnya untuk menyimpan benih manusia. 
AKU teguhkan pribadinya untuk terus berjuang saat orang lain menyerah. 
AKU beri dia rasa sensitif untuk mencintai anak-anaknya dalam keadaan apapun. 
AKU kuatkan batinnya untuk tetap menyayangi meski disakiti oleh anak-anaknya atau suaminya sekalipun. 
AKU beri dia kekuatan untuk mendorong suaminya belajar dari kesalahan. 
AKU beri dia keindahan untuk melindungi batin suaminya. 
Bundamu adalah makhluk yang sangat kuat. 
Jika suatu saat kau melihatnya menangis, itu karena AKU beri dia air mata yang bisa digunakan sewaktu-waktu untuk membasuh luka batinnya sekaligus untuk memberinya kekuatan baru. 

SELAMAT HARI IBU 
22 Des 2010


Think Before You ...


Sahabat,

Saat seorang laki-laki sedang memoles mobil barunya, anaknya yang berumur 4 tahun membaret-baret mobilnya dengan batu. Dengan marah, laki-laki tersebut meraih tangan anaknya dan memukulnya berkali-kali, tanpa menyadari dia memukulnya dengan kunci Inggris. 

Di rumah sakit, anaknya harus kehilangan jari-jarinya karena kerusakan tulang yang sangat parah. 

Saat anak tersebut melihat ayahnya, dengan pandangan kesakitan, si anak bertanya, "Ayah, akankah jari-jariku tumbuh lagi?" Lelaki tersebut, sangat terluka, menyesal dan kehilangan kata-kata; ia kembali ke mobilnya lalu menendangnya berkali-kali. Hatinya hancur atas perbuatannya terhadap anaknya. Saat berdiri di hadapan mobilnya, ia melihat baret-baret yang dilakukan anaknya di mobilnya, tertulis :

"AKU CINTA AYAH!"  
 
 




MARAH dan CINTA tidak ada batasnya; pilihlah CINTA untuk mendapatkan hidup yang indah...

BENDA adalah sesuatu yang mestinya DIGUNAKAN dan MANUSIA yang mestinya dicintai.

Masalahnya dalam dunia ini; MANUSIA yang DIGUNAKAN dan BENDA yang DICINTAI...

Mulai saat ini, marilah lebih berhati-hati mengingatkan diri kita bahwa : BENDA untuk DIGUNAKAN dan MANUSIA yang mestinya DICINTAI.


Hidup hanya sekejap, maka : 

  • Hati-hati dengan PIKIRAN-PIKIRANmu, karena akan menjadi KATA-KATAmu
  • Hati-hati dengan KATA-KATAmu karena akan menjadi TINDAKAN-TINDAKANmu
  • Hati-hati dengan TINDAKAN-TINDAKANmu, karena akan menjadi KEBIASAAN-KEBIASAANmu
  • Jika tidak hati-hati, TAKDIRmu berakhir menyedihkan...

Jadikan hidupmu lebih berarti. 
Hidup ini sangat singkat, cintai orang-orang di sekelilingmu, cintai orang-orang yang mencintaimu. 

Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu selalu biru, Bunga selalu mekar, dan Mentari selalu bersinar...
Tapi ketahuilah bahwa Dia selalu memberi pelangi di setiap badai, 
Senyum di setiap air mata, 
Berkah di setiap cobaan, dan
Jawaban di setiap doa.

Jangan pernah menyerah Sahabat,
Terus berjuanglah,
Life is so beautiful!

Hidup bukanlah suatu tujuan, melainkan perjalanan, maka, Nikmatilah...


Qur'an vs BB


Sahabatku, 

Kira-kira apa yang bakal terjadi kalo kita perlakukan Qur'an seperti BB kita?
Bisa ngga kita bawa Qur'an kemanapun kita pergi?
Mau ngga kita ngebukanya beberapa kali sehari?
Apa kita ngulang bagian yang kita lupa?
Apa udah kita amalin setelah baca pesennya?
Mungkin ngga ya kalo kita ngga bisa hidup tanpa Qur'an?
Bisa ngga kita kasih ke anak buat hadiah?
Bisa ngga kita pake waktu di perjalanan?
Masihkah kita gunakan saat darurat?
Akankah bikin kita: "...Hmm...Qur'anku mana ya?"

Eh, satu lagi. Ngga kayak BB kamu, kita ngga usah khawatir Quran bakal ngga aktif, karena Allah udah ngasih abonemen gratis seumur hidup!

Bikin kamu diam dan berpikir, prioritasku apa dulu ya?
Qur'an dulu atau BB dulu?

Ngga ada pemutusan hubungan! Ngga perlu lepas batere, ngga perlu di charge, ngga perlu download, ngga perlu tambahan aplikasi. 


Mudah-mudahan bermanfaat.