Jumat, 28 Januari 2011

I LOVE YOU BECAUSE...



taken from : Test Pack, a novel by Ninit Yunita


Banyak hubungan yang patah hilang dan berganti karena tidak memiliki komitmen. 

'I love her because of the way she treats me'. 
'I love him because of the way he makes me feel'. 
'I love her because she's so beautiful'. 
'I love him because he falls on my feet with roses and jewels'. 

Orang sering mendasari cinta atas hal-hal yang dianggap indah. 

It may sound romantic dan melakukan hal tersebut bukan sesuatu yang salah. However, sometimes things get too romantic that we often hear people say it in a cinema, with us eating popcorn and shush-ing rude people. 

Jarang dari mereka (dan mungkin kita sendiri) berpikir:
'I love her because of the way she treats me'. 
--> What happens if she stops treating you the way you love?

'I love him because of the way he makes me feel'. 
--> Then what happens if he stops making you feel that way?

'I love her because she's so beautiful'. 
--> Three weeks later, a bus hit her. 

'I love him because he falls on my feet with roses and jewels'. 
--> Out of the blue, he's broke that he couldn't buy you roses and jewels anymore. 

Jarang ada yang mengatakan:
'Saya sayang dia karena saya ingin sayang dia'. 

Itulah komitmen. Komitmen adalah sumber kekuatan bukan sesuatu yang justru membuat orang takut untuk menghadapinya. 

Komitmen adalah sumber kekuatan bagi seorang istri untuk pergi jauh melihat baik dan buruknya suami. Menerima dia ketika sedang tampan dan menerima juga mana kala dia sedang menguap dengan jeleknya saat bangun pagi. 

Komitmen adalah sumber kekuatan bagi seorang suami ketika mengetahui seorang wanita lain mengajaknya berselingkuh dan ia memilih pulang ke rumah untuk makan malam dengan istri dan berbagi kisah sambil tertawa. 

Sebuah makhluk bernama komitmen-lah yang membuat seorang bapak tidak malu kepada rekan kerjanya dan berkata, 'Kenalkan ini anak saya, dia sedang melakukan proses rehabilitasi... and I'm proud of him.'

Gua yakin sang anak akan menitikkan air mata karena betapa banyak orang tua yang marah, malu, dan mengekspresikan kemarahan dan rasa malu itu dengan menampar sang anak. Padahal jika dirunut ke awal, banyak anak menjadi pemadat justru karena kurangnya peran orang tua dari awal. 

Apa yang kurang dari awal?
Komitmen memberi perhatian. 
Komitmen menjadi orang tua. 

That's how far a commitment will take you. 

Dan komitmen juga yang membawa gua untuk tetap berada di sisi Kakang. Tetap menjadi istrinya dengan menyadari bahwa pernikahan bukan hanya untuk memiliki anak. Pasangan lain mungkin dikaruniai sesuatu yang sempurna dengan memiliki anak. But in fact, tanpa memiliki anak tidak menghalangi gua untuk bahagia bersama Kakang. 

Bahkan I love him more and more karena ketabahan dia dalam menjalani hidup. I know he wants children too. I know it's tough for him. It's tough for me too. But facing it together with the one I love, I know it won't be really that tough. 

Commitment will give me the strength to make me love Kakang... unconditionally. It's tough but hey... he will love me back the same way. 

'I love you... because I want to.' That's a powerful sentence, right there. 

Tidak pernah terpikir sama sekali bila Kakang tidak bisa memberi gua keturunan ketika menikah dengannya. 

Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dahulu, atau mendadak miskin. 

Will you still love them, then?

That's why you need commitment. 

Don't love someone because of what/how/who they are. 

From now on, 
start loving someone, 

because you want to.  





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar