Jumat, 23 September 2011

Hakikat Pasangan Hidup






Jika direnungkan, jodoh impian kita adalah sesuai dengan tingkat kedewasaan dan keimanan kita. Ada orang yang memimpikan mendapat suami yang ekonominya mapan karena ia sudah lelah menjalani hidup susah. Ada yang mengiba memohon kepada Allah dan meminta keadilan dari Allah supaya segera diberi jodoh tapi ikhtiarnya untuk menarik simpati Allah sangat sedikit. Maka tak heran jika Allah mengabulkan doa kita sesuai dengan kecenderungan sikap kita sendiri. 

Pernikahan juga jangan dibayangkan dengan hal-hal yang indah saja. Bagi yang demikian, ia akan kaget menghadapi luar biasanya ujian dalam rumah tangga. Jika kesiapan hakiki tidak dipupuk sejak awal menikah, tak heran jika kalimat “tidak cocok lagi” bisa tumbuh seiring dengan kedewasaan yang tak juga cepat terbangun setelah menikah. 

Padahal janji Allah itu pasti, “Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sekadar sesuai kesanggupannya, “ (QS Al-Baqarah [2]: 286).

Di balik jodoh yang tak kunjung datang, sungguh terkandung hakikat – betapa Allah sangat sayang pada hamba-Nya, tidak ingin membuat kita yang belum siap menghadapi realita rumah tangga semakin terpuruk dengan ketidaksiapan kita. 

Dan di tengah kekacauan hubungan kita dengan pasangan, jangan berpikir, “mengapa suami selalu mengecewakan?” Tapi berpikirlah bahwa pasangan kita sesungguhnya bukan milik kita yang pantas kita bentuk semau kita. Ia adalah milik Allah yang tengah dijadikan sebagai sarana Allah untuk membuat kita layak mendapatkan surga-Nya, melalui berbagai ujian kesabaran yang mengiringinya. 

Maka jika suami kita adalah milik Allah dan niat menikah adalah betul untuk ibadah, kita tak akan terlalu banyak menuntut pada suami. Kebaikan kita untuknya pun tak harus mengharap balas. 

Sesungguhnya kematangan dan keimanan seseorang di ukur dari kemampuannya menyelesaikan masalah. Jadi, jangan bertanya kapan ujian ini berakhir melainkan kapan kematangan dan keimanan kita hadir? 

Majalah Ummi No. 5/XXIII/September 2011 – Kolom Bahasan Utama, oleh Meutia Geumala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar